Prestasi or Frustasi ?
Hembusan
angin membuat kesejukan tersendiri, yang membuat pepohonan dan tumbuhan hijau
bergoyang sangat menenangkan pikiran saat melihatnya, bukit barisan yang berbaris
mengelilingi pandanganku membuatku kagum akan ciptaan Tuhan yang begitu
indahnya, serta langit biru membentang luas nan tinggi setinggi mimpi-mimpiku,
ya mimpiku yang sempat terlintas namun tak pernah kupikirkan.
Aku
duduk di beranda rumah, kebetulan di depan rumahku terdapat kolam ikan, dan
disebelah kolam banyak pohon-pohon seperti pohon kelapa dan pohon pisang, serta
masih banyak lagi yang tak mampu ku sebutkan semua di dalam cerita ini, ku
dengarkan lagu sambil menikmati indahnya
alam dan pemandangan yang ada dirumahku, kulihat di kolam ikan-ikan sedang
bermain bersama membuatku merindukan akan arti kebersamaan, seperti ikan-ikan
yang sedang bermain itu.
Namun
ketenangan yang kurasakan itu hanya sesaat, dan kembali terusik karena
anak-anak nakal yang bermain di halaman rumahku, kebetulan juga di samping
kolam terdapat halaman rumah yang tak terlalu begitu besar, saat musim panen
kopi halaman tersebut digunakan untuk menjemur kopi, dan jika belum panen
anak-anak kampungku lah yang bermain disana “woi jangan berisik” teriakku
kepada anak-anak itu. Mereka tak bersuara namun kulihat dari jauh tampak
membicarakanku dari sana, dan setelah
ini mereka berlarian meninggalkan halaman rumah, rumah tampak sepi semua orang
punya kesibukan sendiri, ayah pergike ke kebun, ayahku adalah petani namun dia
hanya kadang-kadang saja pergi ke kebun, karena sudah ada yang mengurusnya,
sehingga tinggal mengawasi saja untuk sekali-kali, dan ibuku sibuk di warung setiap
hari, begitupun aku yang terkadang juga membantu ibuku di warung heeee, aku
anak yang lumayan berbakti. serta tika adikku gadis rajin yang setiap hari
belajar atau pergi les, ya kami dua beradik namun berbeda. Well aku sudah mengenalkan semua anggota keluargaku disini.
***
Seperti
biasa katanya hari senin adalah hari yang paling malas dan dibenci semua siswa SMA, sebenarnya bukan hanya siswa
SMA, namun bisa jadi siswa SMP, SD, dan karyawan juga membencinya, namun jangan
benci hari senin, karena tanpa hari senin tak akan ada hari minggu. Hari senin
adalah hari dimana dimulai nya kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah
semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan “tik kakak
kemana?” ibu bertanya kepada tika. “ala palingan masih tidur buk” tika menjawab
dengan nada sinis, ibu langsung pergi ke kamar dan masuk ke dalam kamarku, “Gadisss”
teriak ibuku dengan suara yang menurutku bisa didengar oleh semua orang,
seperti Pak RT, Pak RW, atau Pak Camat, ngomong-ngomong soal Pak RT, jadi saat
itu ayahku adalah ketua RT di kampungku
jadi wajarlah kalo Pak RT bisa mendengar teriakan ibuku. Kembali ke ibu, dilihatnya
aku yang masih berselimut tebal karena cuaca yang sangat dingin, yaa disini
adalah daerah dingin karena memang dari pegunungan dan dikelilingi perbukitan,
sehingga sangatlah wajar tanah disini subur. Aku langsung kaget dan terbangun
karena sang ibuku yang tepat di telingaku, cepat-cepat aku mandi dan bersiap
pergi ke sekolah disertai dengan omelan ibu yang tiada hentinya.
Sebenarnya
aku tau bahwa mungkin aku bisa saja terlambat masuk sekiolah apalagi hari ini
hari senin, namun kuberanikan diri berangkat ke sekolah meskipun sebentar lagi
masuk dan mungkin saja akan mendapat hukuman karena terlambat datang ke
sekolah. namun entah itu hari keberuntunganku atau apa ayah mau mengantarkanku
pergi ke sekolah.“kenapa nganterin segala?” tanyaku pada ayah. “yaa karena kamu
gadis malas” ayah berteriak sambil tertawa. Sebenarnya sekolahku tak begitu
jauh dari rumahku namun jika berjalan kaki juga akan membutuhkan waktu sekitar 15
menit, biasanya juga aku bareng teman-temanku naik angkot atau dijemput
sahabatku yang nanti akan kuceritakan. Well kali ini aku tak terlambat pergi ke
sekolah ya itu karena kebaikan ayahku.
Aku
Bersekolah di SMA Pertiwi, salah satu SMA Negeri yang ada di kotaku, memang
bukan SMA terfavorit pertama namun yang penting bagiku tidak jauh dari rumah. Upacara
bendera wajib dilaksanakan setiap hari senin, dan semua siswa wajib
mengikutinya dengan memakai atribut lengkap. namun hari itu aku lupa membawa
topi, dan yang aku tau bagi siswa yang
tidak memakai atribut lengkap saat upacara akan mendapat hukuman ketika upacara
selesai atau terkadang sebelum upacara dimulai semua peserta upacara yang tidak
memakai atribut upacara yang lengkap akan dibariskan di depan serta dimarahi di
depan mata seluruh murid. ya semacam dipermalukan didepan umum. “mending
pura-pura sakit aja lah ” gumamku sembari melangkahkan kaki ke UKS dan berbaring di ranjang sampai upacara
selesai.
Seperti
biasa jam pelajaran pertama hari senin adalah pelajaran Fisika, bagiku
pelajaran ini sangat tidak aku mengerti namun demi nilai yang maksimal aku
selalu berusaha memahami pelajaran tersebut, kelas kami adalah kelas “prestasi”
di banding dengan kelas 10 yang lain kelas 10 satu adalah yang terbaik kata
guru-guru, bukan berarti aku pintar sehingga masuk ke kelas prestasi ini, namun
namaku sudah tercantum di daftar murid kelas ini sejak pengumuman siswa yang
lulus di SMA Pertiwi. Katanya mengajar di kelas sepuluh satu pun 100% berbeda
dengan di kelas biasa dari tingkah muridnya sampai tingkat pemahaman siswanya,
namun bagiku masuk kelas prestasi adalah hal yang paling menyiksa, disaat anak
kelas biasa pulang jam 13:30, anak kelas prestasi wajib mengikuti pelajaran tambahan
kembali sampai jam 16:30, disaat mereka bermain kami belajar, tak hanya itu tugas
kelas kami pun lebih banyak dari kelas lainnya, alhasil bisa kukatakan tak ada
sedikit waktu pun untuk sekedar menonton serial drama tercinta yang membutuhkan
waktu setidaknya satu jam.
***
“bu
gadis mau pindah kelas” aku mengeluh pada ibu, “lah memang kenapa?” ibu
bertanya sambil mengerutkan dahinya “kelasnya ga asik, belajar terus, bosen”
jawabku singkat padat dan lumayan jelas. “oh jadi kamu mau sekolah atau main?
Tujuan kamu sekolah apa? Dasar anak malas” kata ibuku sambil marah-marah, aku
bingung mengekspresikan bagaimana ibuku marah, atau aku tidak bisa membedakan
bagaimana ibu saat bicara atau saat marah, karena bicaranya pun seperti marah
hehe. Dan kemudian ibu berbicara panjang lebar namun tak bisa kujelaskan
semuanya disini, dengan nada seperti marah namun ku tau ibu memang begitu,
berbicara pun seperti marah. “jadi gimana kalo ibu marah ya ?” gumamku sambil
tersenyum.
Kujalani
hariku dengan penuh keceriaan meskipun aku merasa terpaksa , tak seperti
teman-teman yang lain yang merasa bangga masuk kelas prestasi. Aku berjalan
mengelilingi semua kelas, kulihat para senior perempuan memandangku dengan
penuh kebencian mungkin karena aku terlalu berani untuk berjalan melewati kelas
mereka, ya jadi di sekolahku ada sistem senioritas dan junioritas, aku tak tau
kalau disekolah lain ya. “eh eh eh?” seorang kakak tingkat kelas 11 memanggilku
dengan kata “eh”, “iya kak, kenapa?” jawabku sopan karena aku menghormati
senior di sekolahku bukan karena aku takut. “kamu siswa baru, ga usah sok belagu,
sok kecantikan, berani-beraninya lewat di depan kelas kami” senior perempuan
itu berkata sambil menunjukku. “apa sih pake acara nunjuk-nunjuk muka segala,
jangan mentang-mentang senior seenaknya aja, siapa si ? anak presiden? ”.
jawabku sambil menepis jari tunjuknya yang berada di depan mukaku. Teman-teman
nya mulai berdatangan untuk mengeroyok ku, ya seperti itulah sistemnya karena
saat itu aku sendirian, pertengkaran tak bisa terelakkan lagi dan pastinya semua
murid keluar dari kelas mereka dan berkumpul menonton kami, kurasa ada seorang
murid yang melaporkan ke guru dan sampai saat ini aku tak tau siapa, seketika
kami ditarik masuk ke ruang persidangan, konon katanya ruang persidangan hanya
untuk anak-anak nakal di sekolahku, di dalam sana kami ditonton serta dimarahi
semua guru, dan untuk yang pertama kalinya seumur waktu aku sekolah namaku
tercatat di buku hitam sekolah.
“jangan
pernah biarkan orang mengusikmu , jangan pernah biarkan orang merendahkanmu”
aku teringat kata-kata ayah.”ayah apa aku salah?” tanyaku dalam hati, untung
saja tidak ada surat panggilan untuk orang tua karena perkelahian kemarin belum
terlalu parah. Sontak saja aku menjadi seperti selebriti di sekolah, ”seorang
siswi dari kelas prestasi berkelahi dengan kakak senior” gosip sudah mulai menjalar
ke seluruh sudut sekolah, seperti pemecah rekor kelas prestasi yang biasanya
didominasi oleh orang-orang yang punya tidak pernah membuat keributan dan kali
ini aku melakukannya, ya alasannya karena aku membenci senioritas seperti itu.
Aku
berjalan menuju lapangan basket sekolah, “gadis” seseorang berteriak
memanggilku,aku berbalik dan kulihat dua sahabatku yang tadi akan kuceritakan raymond
dan yusuf, “ternyata kalian sekolah disini juga?”.kataku bercanda karena aku
tidak pernah bertemu mereka lagi semenjak masuk kelas prestasu “iya lah, lo mah
belajar terus mentang udah masuk kelas prestasi hahaha” sahut emon sambi tertawa
melede, emon adalah panggilan kecil kami untuk Raymond. “prestasi apaan
frustasi iya” jawabku singkat tanpa ekspresi. “ciye, yang jadi selebritis
sekolah” kali ini ucup meledek sambil tertawa, nak ucup adalah nama kecil
yusuf, karana kami seudah berteman sejak kecil jadi punya nama akrab atau apa
yah, pokokya sejenis itulah. aku hanya
merengut mendengar ledekan mereka, dan kemudian kami bercerita panjang lebar
sampai jam pulang sekolah.
Percayalah
bahwa aku selalu berusaha yang terbaik dalam belajar, meskipun terkadang aku
malas namun saat pembagian hasil ujian nilaiku tidak terlalu mengecewakan,
namun di kelas 10 ini aku belum bisa menjadi yang pertama tidak seperti adikku
yang selalu menjadi yang pertama. Meskipun begitu “no problem” faktanya kamu bisa menjadi yang pertama jika kamu
berusaha lebih keras lagi lebih dari yang kemarin dan jangan lupa untuk selalu
berdoa, harus kau yakini bahwa apa yang kau tanam itulah yang akan kau petik
nantinya. Dan mungkin saat ini aku belum berusaha terlalu keras, mungkin besok,
lusa, dan hari selanjutnya aku akan berusaha kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar