Kamis, 08 Februari 2018

Prestasi or Frustasi ?


Prestasi or Frustasi ?

Hembusan angin membuat kesejukan tersendiri, yang membuat pepohonan dan tumbuhan hijau bergoyang sangat menenangkan pikiran saat melihatnya, bukit barisan yang berbaris mengelilingi pandanganku membuatku kagum akan ciptaan Tuhan yang begitu indahnya, serta langit biru membentang luas nan tinggi setinggi mimpi-mimpiku, ya mimpiku yang sempat terlintas namun tak pernah kupikirkan.

Aku duduk di beranda rumah, kebetulan di depan rumahku terdapat kolam ikan, dan disebelah kolam banyak pohon-pohon seperti pohon kelapa dan pohon pisang, serta masih banyak lagi yang tak mampu ku sebutkan semua di dalam cerita ini, ku dengarkan lagu sambil  menikmati indahnya alam dan pemandangan yang ada dirumahku, kulihat di kolam ikan-ikan sedang bermain bersama membuatku merindukan akan arti kebersamaan, seperti ikan-ikan yang sedang bermain itu.

Namun ketenangan yang kurasakan itu hanya sesaat, dan kembali terusik karena anak-anak nakal yang bermain di halaman rumahku, kebetulan juga di samping kolam terdapat halaman rumah yang tak terlalu begitu besar, saat musim panen kopi halaman tersebut digunakan untuk menjemur kopi, dan jika belum panen anak-anak kampungku lah yang bermain disana “woi jangan berisik” teriakku kepada anak-anak itu. Mereka tak bersuara namun kulihat dari jauh tampak membicarakanku dari sana, dan  setelah ini mereka berlarian meninggalkan halaman rumah, rumah tampak sepi semua orang punya kesibukan sendiri, ayah pergike ke kebun, ayahku adalah petani namun dia hanya kadang-kadang saja pergi ke kebun, karena sudah ada yang mengurusnya, sehingga tinggal mengawasi saja untuk sekali-kali, dan ibuku sibuk di warung setiap hari, begitupun aku yang terkadang juga membantu ibuku di warung heeee, aku anak yang lumayan berbakti. serta tika adikku gadis rajin yang setiap hari belajar atau pergi les, ya kami dua beradik namun berbeda. Well aku sudah mengenalkan semua anggota keluargaku disini.
***
Seperti biasa katanya hari senin adalah hari yang paling malas dan dibenci  semua siswa SMA, sebenarnya bukan hanya siswa SMA, namun bisa jadi siswa SMP, SD, dan karyawan juga membencinya, namun jangan benci hari senin, karena tanpa hari senin tak akan ada hari minggu. Hari senin adalah hari dimana dimulai nya kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan “tik kakak kemana?” ibu bertanya kepada tika. “ala palingan masih tidur buk” tika menjawab dengan nada sinis, ibu langsung pergi ke kamar dan masuk ke dalam kamarku, “Gadisss” teriak ibuku dengan suara yang menurutku bisa didengar oleh semua orang, seperti Pak RT, Pak RW, atau Pak Camat, ngomong-ngomong soal Pak RT, jadi saat itu ayahku adalah ketua RT di  kampungku jadi wajarlah kalo Pak RT bisa mendengar teriakan ibuku. Kembali ke ibu, dilihatnya aku yang masih berselimut tebal karena cuaca yang sangat dingin, yaa disini adalah daerah dingin karena memang dari pegunungan dan dikelilingi perbukitan, sehingga sangatlah wajar tanah disini subur. Aku langsung kaget dan terbangun karena sang ibuku yang tepat di telingaku, cepat-cepat aku mandi dan bersiap pergi ke sekolah disertai dengan omelan ibu yang tiada hentinya.

Sebenarnya aku tau bahwa mungkin aku bisa saja terlambat masuk sekiolah apalagi hari ini hari senin, namun kuberanikan diri berangkat ke sekolah meskipun sebentar lagi masuk dan mungkin saja akan mendapat hukuman karena terlambat datang ke sekolah. namun entah itu hari keberuntunganku atau apa ayah mau mengantarkanku pergi ke sekolah.“kenapa nganterin segala?” tanyaku pada ayah. “yaa karena kamu gadis malas” ayah berteriak sambil tertawa. Sebenarnya sekolahku tak begitu jauh dari rumahku namun jika berjalan kaki juga akan membutuhkan waktu sekitar 15 menit, biasanya juga aku bareng teman-temanku naik angkot atau dijemput sahabatku yang nanti akan kuceritakan. Well kali ini aku tak terlambat pergi ke sekolah ya itu karena kebaikan ayahku.

Aku Bersekolah di SMA Pertiwi, salah satu SMA Negeri yang ada di kotaku, memang bukan SMA terfavorit pertama namun yang penting bagiku tidak jauh dari rumah. Upacara bendera wajib dilaksanakan setiap hari senin, dan semua siswa wajib mengikutinya dengan memakai atribut lengkap. namun hari itu aku lupa membawa topi, dan yang aku tau  bagi siswa yang tidak memakai atribut lengkap saat upacara akan mendapat hukuman ketika upacara selesai atau terkadang sebelum upacara dimulai semua peserta upacara yang tidak memakai atribut upacara yang lengkap akan dibariskan di depan serta dimarahi di depan mata seluruh murid. ya semacam dipermalukan didepan umum. “mending pura-pura sakit aja lah ” gumamku sembari melangkahkan kaki ke  UKS dan berbaring di ranjang sampai upacara selesai.

Seperti biasa jam pelajaran pertama hari senin adalah pelajaran Fisika, bagiku pelajaran ini sangat tidak aku mengerti namun demi nilai yang maksimal aku selalu berusaha memahami pelajaran tersebut, kelas kami adalah kelas “prestasi” di banding dengan kelas 10 yang lain kelas 10 satu adalah yang terbaik kata guru-guru, bukan berarti aku pintar sehingga masuk ke kelas prestasi ini, namun namaku sudah tercantum di daftar murid kelas ini sejak pengumuman siswa yang lulus di SMA Pertiwi. Katanya mengajar di kelas sepuluh satu pun 100% berbeda dengan di kelas biasa dari tingkah muridnya sampai tingkat pemahaman siswanya, namun bagiku masuk kelas prestasi adalah hal yang paling menyiksa, disaat anak kelas biasa pulang jam 13:30, anak kelas prestasi wajib mengikuti pelajaran tambahan kembali sampai jam 16:30, disaat mereka bermain kami belajar, tak hanya itu tugas kelas kami pun lebih banyak dari kelas lainnya, alhasil bisa kukatakan tak ada sedikit waktu pun untuk sekedar menonton serial drama tercinta yang membutuhkan waktu setidaknya satu jam.
***
“bu gadis mau pindah kelas” aku mengeluh pada ibu, “lah memang kenapa?” ibu bertanya sambil mengerutkan dahinya “kelasnya ga asik, belajar terus, bosen” jawabku singkat padat dan lumayan jelas. “oh jadi kamu mau sekolah atau main? Tujuan kamu sekolah apa? Dasar anak malas” kata ibuku sambil marah-marah, aku bingung mengekspresikan bagaimana ibuku marah, atau aku tidak bisa membedakan bagaimana ibu saat bicara atau saat marah, karena bicaranya pun seperti marah hehe. Dan kemudian ibu berbicara panjang lebar namun tak bisa kujelaskan semuanya disini, dengan nada seperti marah namun ku tau ibu memang begitu, berbicara pun seperti marah. “jadi gimana kalo ibu marah ya ?” gumamku sambil tersenyum.

Kujalani hariku dengan penuh keceriaan meskipun aku merasa terpaksa , tak seperti teman-teman yang lain yang merasa bangga masuk kelas prestasi. Aku berjalan mengelilingi semua kelas, kulihat para senior perempuan memandangku dengan penuh kebencian mungkin karena aku terlalu berani untuk berjalan melewati kelas mereka, ya jadi di sekolahku ada sistem senioritas dan junioritas, aku tak tau kalau disekolah lain ya. “eh eh eh?” seorang kakak tingkat kelas 11 memanggilku dengan kata “eh”, “iya kak, kenapa?” jawabku sopan karena aku menghormati senior di sekolahku bukan karena aku takut. “kamu siswa baru, ga usah sok belagu, sok kecantikan, berani-beraninya lewat di depan kelas kami” senior perempuan itu berkata sambil menunjukku. “apa sih pake acara nunjuk-nunjuk muka segala, jangan mentang-mentang senior seenaknya aja, siapa si ? anak presiden? ”. jawabku sambil menepis jari tunjuknya yang berada di depan mukaku. Teman-teman nya mulai berdatangan untuk mengeroyok ku, ya seperti itulah sistemnya karena saat itu aku sendirian, pertengkaran tak bisa terelakkan lagi dan pastinya semua murid keluar dari kelas mereka dan berkumpul menonton kami, kurasa ada seorang murid yang melaporkan ke guru dan sampai saat ini aku tak tau siapa, seketika kami ditarik masuk ke ruang persidangan, konon katanya ruang persidangan hanya untuk anak-anak nakal di sekolahku, di dalam sana kami ditonton serta dimarahi semua guru, dan untuk yang pertama kalinya seumur waktu aku sekolah namaku tercatat di buku hitam sekolah.

“jangan pernah biarkan orang mengusikmu , jangan pernah biarkan orang merendahkanmu” aku teringat kata-kata ayah.”ayah apa aku salah?” tanyaku dalam hati, untung saja tidak ada surat panggilan untuk orang tua karena perkelahian kemarin belum terlalu parah. Sontak saja aku menjadi seperti selebriti di sekolah, ”seorang siswi dari kelas prestasi berkelahi dengan kakak senior” gosip sudah mulai menjalar ke seluruh sudut sekolah, seperti pemecah rekor kelas prestasi yang biasanya didominasi oleh orang-orang yang punya tidak pernah membuat keributan dan kali ini aku melakukannya, ya alasannya karena aku membenci senioritas seperti itu.

Aku berjalan menuju lapangan basket sekolah, “gadis” seseorang berteriak memanggilku,aku berbalik dan kulihat dua sahabatku yang tadi akan kuceritakan raymond dan yusuf, “ternyata kalian sekolah disini juga?”.kataku bercanda karena aku tidak pernah bertemu mereka lagi semenjak masuk kelas prestasu “iya lah, lo mah belajar terus mentang udah masuk kelas prestasi hahaha” sahut emon sambi tertawa melede, emon adalah panggilan kecil kami untuk Raymond. “prestasi apaan frustasi iya” jawabku singkat tanpa ekspresi. “ciye, yang jadi selebritis sekolah” kali ini ucup meledek sambil tertawa, nak ucup adalah nama kecil yusuf, karana kami seudah berteman sejak kecil jadi punya nama akrab atau apa yah, pokokya sejenis itulah.  aku hanya merengut mendengar ledekan mereka, dan kemudian kami bercerita panjang lebar sampai jam pulang sekolah.

Percayalah bahwa aku selalu berusaha yang terbaik dalam belajar, meskipun terkadang aku malas namun saat pembagian hasil ujian nilaiku tidak terlalu mengecewakan, namun di kelas 10 ini aku belum bisa menjadi yang pertama tidak seperti adikku yang selalu menjadi yang pertama. Meskipun begitu “no problem” faktanya kamu bisa menjadi yang pertama jika kamu berusaha lebih keras lagi lebih dari yang kemarin dan jangan lupa untuk selalu berdoa, harus kau yakini bahwa apa yang kau tanam itulah yang akan kau petik nantinya. Dan mungkin saat ini aku belum berusaha terlalu keras, mungkin besok, lusa, dan hari selanjutnya aku akan berusaha kembali.

Prestasi or Frustasi ?